JURNAL MARITIM ASIA TENGGARA (JMAT)
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat
<p><em>Jurnal Maritim Asia Tenggara</em> or <em>Journal of Southeast Asia Maritime</em> (JMAT) was officially established on 1 August 2024, coinciding with the appointment of its first Editor-in-Chief. This journal is managed by the Blue Economy and Maritime Security Research Centre, housed within the Faculty of Social Sciences and Humanities at Universiti Malaysia Sabah and published by Universiti Malaysia Sabah Press. The establishment of this journal serves five primary objectives: (1) To create a scientific journal that focuses on maritime studies and marine affairs, (2) To facilitate the dissemination of research and writings by academics in related fields in the form of a peer-reviewed journal, (3) To position the journal as a key reference for academics conducting research in maritime and marine studies, (4) To serve as a platform for knowledge exchange between domestic and international scholars, and (5) To foster collaboration with universities and agencies engaged in maritime and marine-related disciplines in the co-publication of journals.</p>Penerbit UMSen-USJURNAL MARITIM ASIA TENGGARA (JMAT)RESEARCH, WRITING AND PUBLICATION IN MARITIME JOURNALS AS AN ACADEMIC ENDEAVOR
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6111
<p>Research, writing and publication in the maritime discipline play a vital role in enriching academic knowledge while providing guidance for the practice of the maritime industry globally. Maritime journals, as one of the main mediums for academic publication, serve not only as references for scientific research but also as platforms for delivering in-depth analyses of relevant maritime issues, including safety, technology, international trade, and maritime law. This article focuses on the status of maritime journals as legitimate and important academic references, while also examining key issues in writing and publishing in maritime journals. The methodology used in this research is content analysis of various leading maritime journals, followed by case studies on the impact of maritime research on policy and industry practices. The key findings from this writing demonstrate that maritime journals play a significant role in linking theory with practice, fostering critical thinking, and providing a platform for innovation in the maritime field. Writing for maritime journals requires an objective, evidence-based approach and involves rigorous hypothesis testing. This research also emphasizes the importance of reliable references and the peer-review process in ensuring the accuracy and credibility of maritime research findings.</p>Ismail AliKasim Hj. MansurIsmail Suardi Wekke
Copyright (c) 2025 JURNAL MARITIM ASIA TENGGARA (JMAT)
2025-02-252025-02-251111210.51200/jmat.v1i1.6111PULAU LABUAN SEBAGAI JARINGAN MARITIM DALAM SEJARAH BRITISH BORNEO,1846-1923
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6375
<p>Kajian ini membincangkan mengenai sejarah Pulau Labuan sebagai jaringan maritim dalam sejarah British Borneo dari tahun 1846 hingga tahun 1923. Jaringan maritim merupakan rangkaian dan hubungan ekonomi di laut yang berhubung kait dengan aktiviti perdagangan, pelabuhan dan perkapalan. Semua aspek ini sangat penting bukan sahaja untuk British mencipta keuntungan semata-mata tetapi juga untuk melihat kepentingan pulau ini dalam konteks sejarah maritim di Borneo. Kajian ini menggunakan kaedah penyelidikan kualitatif yang memberi tumpuan kepada sumber primer dan sumber sekunder dalam mendapatkan bahan-bahan kajian. Berdasarkan rekod-rekod sejarah jelas menunjukkan bahawa British telah berusaha mengeksploitasi sumber ekonomi di pulau ini sehingga menjadikan pulau ini sebagai tanah jajahan British pada tahun 1846. Walaupun dasar ekonomi British lebih menitikberatkan ekonomi berasaskan tanah daratan, namun aspek perdagangan, pelabuhan dan perkapalan juga turut menjadi tumpuan utama British di pulau ini. </p>Mosli Tarsat
Copyright (c) 2025 JURNAL MARITIM ASIA TENGGARA (JMAT)
2025-05-022025-05-0211132710.51200/jmat.v1i1.6375KAJIAN IKONOGRAFI KAPAL KARAM BERDASARKAN PENDEKATAN PANOFSKY (1939) SEBAGAI PENJELASAN ARKEOLOGI DAN SEJARAH
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6428
<p>Tragedi kapal karam mewakili “<em>antiepopeia dos descobrimentos</em>” kepada pelayaran dan bencana maritim yang dominan. Peristiwa ini dinaratifkan dalam medium komunikasi yang pelbagai dan bersifat non-oral terawal adalah melalui imej visual yang dilakar atau diukir pada platfom semulajadi atau buatan. Imej tersebut memberi perspektif yang termotif dan tersimbol. Bagi mengidentifikasi, menjelaskan, mengklasifikasi dan menginterpretasi imej tersebut, ikonografi adalah subjek dan metode yang digunakan. Ikonografi kapal karam dalam konteks arkeologi maritim adalah kajian ke atas warisan ketara iaitu objek sebagai medium bernaratif dan warisan tidak ketara tentang pengetahuan maritim masa lampau. Manakala dari perspektif sejarah maritim, ikonografi adalah dokumentasi bergambar yang mengandungi masej atau makna tentang penjelasan perihal tragedi kapal karam sebagai fragmen sejarah manusia dalam berinteraksi dengan laut. Justeru perbincangan yang akan diutarakan ini menyentuh imej visual dan penjelasannya dari perspektif ikonografi kapal karam dari pelbagai zaman kebudayaan sebagai peristiwa yang dialami oleh manusia dalam mencapai modenisasi melalui penjelasan arkeologi maritim dan sejarah maritim. </p>Baszley Bee Basrah Bee
Copyright (c) 2025
2025-05-022025-05-0211284410.51200/jmat.v1i1.6428ANALISIS PENDEKATAN PENDIDIKAN ANAK SUKU BAJAU "STUDI DI SMA MUHAMADIYAH WAKATOBI" SULAWESI TENGGARA – INDONESIA
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6471
<p>Pembinaan pendidikan anak etnis Bajau di Wakatobi Sulawesi Tenggara menjadi penting karena tiga alasan; (1) yang mendiami kepulauan pesisir Besi Sulawesi Tenggara adalah anak-anak Bajau yang rentan putus sekolah bahkan tidak bersekolah, (2) Kepulauan Wakatobi sebagai destinasi wisata dunia merupakan pusat pertemuan segitiga karang dunia dan bendahara keanekaragaman hayati dunia yang menguasai separuh aset laut dunia, (3) minimnya pendidikan masyarakat hingga rendahnya kesadaran akan dampak ekologis masyarakat pesisir yang kerap mendorong masyarakat bersikap keras terhadap lingkungan seperti pengeboman dan pembiusan. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan pendidikan anak Bajau di Wakatobi, (2) mendeskripsikan pendekatan pendidikan anak Bajau yang dilakukan guru di SMA Muhammadiyah di Wakatobi, (3) mendeskripsikan peran serta pemerintah dan masyarakat. untuk pengembangan pendidikan Bajau. Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data, guru, pimpinan sekolah, siswa dan masyarakat. Analisis data menggunakan model Miles & Huberman meliputi; observasi, reduksi data, display data dan triangulasi data. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Persentase keterlibatan anak Bajau dalam pendidikan di Kepulauan Wakatobi masih rendah, (2) Pendekatan pendidikan Bajau dilakukan dengan mempertimbangkan aspek budaya, sosiologis dan psikologis, (3) Pemerintah dan pemerintah daerah. masyarakat untuk ikut aktif mendorong perkembangan pendidikan Bajau salah satunya dengan berdirinya SMU Muhammadiyah .</p>Surni
Copyright (c) 2025 JURNAL MARITIM ASIA TENGGARA (JMAT)
2025-06-042025-06-0411455310.51200/jmat.v1i1.6471ECOLOGICAL AND ECONOMIC BENEFITS OF MANGROVES FOR THE SEA PEOPLE IN INDRAGIRI HILIR
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6472
<p>This study aims to examine the ecological and economic benefits of mangrove forests for the Sea People in Indragiri Hilir, Riau Province. The method used is qualitative with field observation and literature study techniques. The research location is in Tanjung Pasir Village, Tanah Merah District, which is known for its extensive and diverse mangrove forest areas. The Sea People, who are predominantly fishermen, have a high dependence on mangrove forests, both economically and ecologically. Ecologically, mangrove forests play an important role in maintaining environmental stability, protecting coastlines from erosion, and providing habitats for various species of fish and other marine biota that are the main sources of livelihood for fishermen. Economically, mangrove forests provide raw materials for various products, such as firewood and traditional medicines, and have the potential to be developed further as natural tourism areas. The results of the study show that the Sea People have rich traditional knowledge related to mangrove forest management. They have developed sustainable practices to utilize mangrove forest resources without damaging the ecosystem. Support and preservation of mangrove forests are very important for the long-term welfare of this community. Therefore, policies that support the conservation and sustainable use of mangrove forests are essential to maintain ecological balance and improve the living standards of the local community.</p>Zainal ArifinHerman Christian Tambunan
Copyright (c) 2025
2025-06-052025-06-0511546510.51200/jmat.v1i1.6472POLICY STRATEGY FOR SUSTAINABLE MANAGEMENT OF LOCAL WISDOM OF SEA TRIBES IN MARINE UTILIZATION IN INDRAGIRI HILIR REGENCY
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6504
<p>The local craftsmanship of the Sea Tribe has not been well protected by government policy, only for stakeholders. The aim of this research is to create a Policy Strategy for Sustainability Management of Local Sea Tribe Crafts in Marine Utilization in Indragiri Hilir Regency, Riau Province, using the Multi Dimensional (MDS) research method, A'WOT FGD (Focus Group Discussion) namely modification of AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT . The research results are seen from ecological, economic, socio-cultural and institutional aspects. 1. (Ecological Aspect) The existing sea tribes have been integrated with nature in their lives. 2. (Economic Aspect) The existing sea tribes have used the sea as a form of economic transaction in their daily lives. 3. (Socio-Cultural Aspects) The Sea Tribe has made the culture of fishing a part of its culture which is inherited from generation to generation. 4. (Institutional Aspect) In the institutional aspect, the sea is used as a source of local wisdom. 2. Potential attraction objects in the area that are guarded by the Sea Tribe with their local wisdom. In the realm of potential regional attraction objects, the Sea Tribe area has entered the potential criteria because mangroves and all the potential within them are an inseparable part of the aspect of regional attraction objects guarded by the Sea Tribe. 3. Status of sustainability in marine use 1. (Ecology) In this aspect, ecology for the Sea Tribe is the source of life and livelihood starting from the beginning of life, the process and the end of life, therefore marine ecology is all aspects of the life of the Sea Tribe. 2. (Socio-Cultural) In the socio-cultural aspect, the tradition of going to sea is inherited so that it becomes a realm of social and cultural life. 3. (Institutional) The institutional aspect of the Sea Tribe is also developing based on the marine domain and ecology where the sea is an important ecology. 4. The policy strategy for sustainable management of local wisdom of the Sea Tribe in utilizing the sea in Indragiri Hilir district, Riau Province is not yet comprehensive. The policy strategy for managing the sustainability of the Sea Tribe's local wisdom in marine use must involve the government in policy analysis and link up with institutions that are stakeholders in the birth of policy strategies. This is done so that there is synergy to save marine ecology related to the policy strategy being created.</p>Haryono
Copyright (c) 2025
2025-06-162025-06-1611668410.51200/jmat.v1i1.6504LEGAL CULTURE SUKU SAMA-BAJAU: PENDEKATAN DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PENCEGAHAN TINDAKAN KERUSAKAN EKOSISTEM LAUT
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6505
<p>Kearifan lokal masyarakat memiliki penting dalam mempertahankan eksistensi prinsip dan nilai hukum, sosial dan budaya. Oleh karena itu, memahami interaksi antara budaya lokal dan pelaksanaan hukum menjadi esensial untuk menjamin efektivitas dan keadilan dalam sistem hukum. Kearifan lokal sebagai komponen substantif dari legal culture itu terdiri dari asumsi-asumsi fundamental mengenai distribusi maupun penggunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, terutama mengenai sikap dan perilaku yang sadar, patuh dan taat hukum dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kerusakan ekosistem laut. Legal Culture masyarakat/Suku Sama-Bajau, syarat akan nilai dan norma adat, nilai etis dan moral. Sehingga Legal culture masyarakat/Suku Sama-Bajau seharusnya dapat menjadi fundamental norma dalam merespon perkembangan tingkah laku masyarakat serta mampu beradaptasi melalui nilai dan norma tersebut dalam membentuk kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku. Pendekatan legal culture dengan didasarkan pada prinsip dan nilai keyakinan/kepercayaan, pemahaman dan pengetahuan kearifan lokal Suku Sama-Bajau dapat menjadi upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah tindakan kerusakan ekosistem laut.</p>Irwansyah
Copyright (c) 2025
2025-06-162025-06-1611859410.51200/jmat.v1i1.6505JIRAN YANG TERLUPA: TINJAUAN SEJARAH DIPLOMASI MARITIM INDONESIA-PALAU
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/jmat/article/view/6506
<p>Sebagai negara kepulauan terbesar yang terletak merentasi benua dan merentasi lautan, Indonesia secara geopolitik mempunyai akibat sebagai tempat perebutan hegemoni antara Amerika Syarikat dan China. Tambahan pula, perebutan hegemoni yang dimaksudkan ialah wujudnya dua pakatan yang mengapit Indonesia iaitu AUKUS (Australia-United Kingdom-United States) dan JAPHUS (Jepun-Filipina-Amerika Syarikat). Kedua-duanya melibatkan Amerika Syarikat dalam usaha membendung pengaruh China yang dalam beberapa kes berpotensi menjadi ancaman dan kelebihan geopolitik bagi Indonesia. Amerika Syarikat sendiri mempunyai beberapa pangkalan tentera di rantau Pasifik, seperti di Guam dan Tinian. Kedua-dua pulau ini sangat dekat dengan Palau yang bersempadan terus dengan wilayah maritim Indonesia di Kepulauan Raja Ampat. Jika pada masa hadapan Amerika Syarikat membina pangkalan tentera di Palau, keadaan di Laut Indonesia Timur akan meningkat seperti yang berlaku di Laut Natuna Utara. Merujuk kepada strategi katak lompat dalam Perang Dunia II dengan mengawal pulau-pulau di rantau Pasifik, strategi sedemikian boleh digunakan semula pada masa hadapan. Sementara itu, China baru-baru ini meneruskan diplomasi dengan Palau untuk mengimbangi pengaruh Amerika Syarikat. Penyelidikan ini menggunakan kaedah kajian sejarah, menganalisis diplomasi maritim Indonesia dengan Palau bagi membendung hegemoni Amerika Syarikat dan China di Laut Indonesia Timur.</p>Aslama Nanda RizalYogaswara Fajar BuwanaPratondo Ario Seno Sudiro
Copyright (c) 2025
2025-06-162025-06-16119510710.51200/jmat.v1i1.6506